@2025 Official Blog of Grab Joob
Satu Menit Baca

Jika membahas dunia bisnis dan akuntansi, dua istilah yang mungkin sering muncul adalah Accounting Receivable dan Accounting Payable. Keduanya memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan keuangan sebuah perusahaan.

Meski terdengar rumit, sebenarnya kedua istilah ini bisa dijelaskan dengan bahasa yang sederhana. Yuk, kita bahas satu per satu agar kamu lebih memahami bagaimana keduanya saling berhubungan dan berpengaruh terhadap kondisi keuangan perusahaan.

Pengertian Accounting Receivable

Accounting Receivable atau yang sering disebut juga Account Receivable (AR) adalah piutang usaha. Artinya, ini adalah uang yang seharusnya diterima perusahaan dari pelanggan atau klien atas penjualan barang atau jasa yang telah dilakukan, namun pembayarannya belum diterima.

Contoh sederhana:

Bayangkan kamu memiliki bisnis percetakan. Seorang klien memesan 1.000 brosur dan kamu sudah menyelesaikan pesanan tersebut. Namun, klien baru akan membayar setelah 30 hari.

Nah, selama 30 hari itu, nilai penjualan tersebut dicatat sebagai accounting receivable, yaitu hak kamu untuk menerima uang dari pelanggan di masa mendatang.

Dengan kata lain, accounting receivable menunjukkan uang masuk yang belum diterima tetapi sudah menjadi hak perusahaan.

Biasanya, piutang ini tercatat dalam laporan keuangan di bagian aktiva lancar (current assets), karena diharapkan bisa dicairkan dalam waktu singkat (biasanya kurang dari satu tahun).

Fungsi Accounting Receivable dalam Bisnis

Peran accounting receivable sangat penting karena bisa mempengaruhi arus kas (cash flow) perusahaan. Berikut beberapa fungsinya:

  • Menunjukkan potensi pendapatan perusahaan.

Walaupun uang belum diterima, piutang usaha menunjukkan pendapatan yang sudah dihasilkan dari penjualan.

  • Sebagai dasar analisis keuangan.

Dengan mencatat accounting receivable secara tepat, perusahaan bisa mengetahui seberapa efektif sistem penagihan dan pembayaran dari pelanggan.

  • Membantu menjaga hubungan baik dengan pelanggan.

Beberapa bisnis memberikan jangka waktu pembayaran (credit terms) agar pelanggan lebih mudah melakukan transaksi tanpa harus langsung membayar tunai.

  • Menunjang perencanaan keuangan.

Dari jumlah piutang yang tercatat, manajemen bisa memprediksi arus kas masuk dan mengatur strategi pembayaran kewajiban di masa depan.

Pengertian Accounting Payable

Jika accounting receivable adalah uang yang akan diterima, maka Accounting Payable atau Account Payable (AP) adalah kebalikannya, yaitu uang yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain.

Biasanya, accounting payable muncul ketika perusahaan membeli barang atau jasa dari pemasok (supplier) dengan sistem kredit. Misalnya, perusahaan membeli bahan baku senilai Rp10 juta, tapi pembayaran dilakukan 30 hari kemudian. Maka, nilai tersebut dicatat sebagai accounting payable,  kewajiban yang harus dibayar di masa mendatang.

Dalam laporan keuangan, accounting payable termasuk dalam liabilitas jangka pendek (current liabilities) karena merupakan utang yang harus diselesaikan dalam waktu singkat.

Perbedaan dan Hubungan antara Accounting Receivable dan Accounting Payable

Meskipun keduanya sama-sama berhubungan dengan arus uang keluar dan masuk, perbedaan utama antara accounting receivable dan accounting payable terletak pada arah aliran uangnya.

Kemudian, meskipun keduanya berbeda, keduanya ternyata memiliki hubungan yang sangat erat dalam pengelolaan keuangan perusahaan.

Keduanya saling melengkapi dalam mencerminkan kondisi keuangan yang sehat. Misalnya, jika receivable terlalu banyak, artinya perusahaan banyak menjual secara kredit. 

Hal ini berpotensi mengganggu arus kas karena uang belum benar-benar diterima.  Jika payable terlalu besar, berarti perusahaan memiliki banyak kewajiban kepada supplier, yang bisa menekan kemampuan membayar di masa depan.

Oleh karena itu, perusahaan harus menjaga keseimbangan antara piutang dan utang usaha. Idealnya, uang dari piutang (receivable) harus bisa masuk lebih cepat dibanding waktu jatuh tempo utang (payable). Dengan begitu, arus kas tetap lancar dan keuangan perusahaan stabil.

Kesimpulan

Secara sederhana, Accounting Receivable adalah uang yang akan diterima perusahaan dari pelanggan, sedangkan Accounting Payable adalah uang yang harus dibayar perusahaan kepada pemasok atau pihak lain. Keduanya adalah dua sisi yang berbeda dari satu sistem keuangan yang sama.