@2025 Official Blog of Grab Joob
1 Menit

Dalam dunia kerja, pembagian tugas dan tanggung jawab menjadi elemen penting dalam menjaga produktivitas dan keseimbangan kerja. Istilah jobdesk atau deskripsi pekerjaan digunakan untuk merinci tugas-tugas yang menjadi kewajiban seorang pegawai dalam suatu posisi. Namun, sering kali kita menemui kondisi di mana satu orang pegawai harus memikul banyak tanggung jawab sekaligus, melebihi batas kewajaran dan kapasitas individu yang seharusnya.

Jobdesk yang terlalu banyak atau tidak sesuai dengan peran jabatan awal bisa menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi karyawan maupun organisasi secara keseluruhan. Tanpa panjang lebar lagi, berikut adalah lima akibat jika jobdesk seorang pegawai terlalu banyak.

1. Kinerja yang Ambruk dan Produktivitas yang Menurun

Ketika seorang karyawan atau pegawai diberikan terlalu banyak tugas di luar jobdesk utamanya, fokus kerjanya akan terganggu. Ia akan kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan optimal karena harus membagi waktu dan energi untuk berbagai tugas yang berbeda. Beban kerja berlebih justru berpotensi membuat hasil pekerjaan menjadi tidak maksimal.

Produktivitas akan menurun karena pegawai tidak dapat mengalokasikan perhatian secara mendalam pada satu pekerjaan. Padahal, kualitas pekerjaan sangat dipengaruhi oleh fokus dan pemahaman terhadap tanggung jawab inti. Semakin banyak tugas yang harus diemban, semakin besar pula kemungkinan pegawai mengalami kebingungan dalam menentukan prioritas kerja.

2. Stres dan Kelelahan Berkepanjangan

Tugas yang menumpuk dan tidak seimbang dengan kapasitas seseorang akan mengarah pada stres kerja atau yang dikenal juga dengan sebutan job stress. Hal ini bisa memicu kelelahan fisik maupun mental, terutama jika tidak diimbangi dengan manajemen waktu yang baik dan dukungan dari atasan serta keluarganya di rumah.

Kondisi ini dapat berkembang menjadi burnout, yaitu kelelahan emosional yang berkepanjangan akibat tekanan pekerjaan. Burnout tak hanya menurunkan semangat kerja, tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan jangka panjang, seperti gangguan tidur, tekanan darah tinggi, hingga depresi yang jika dibiarkan dampak lanjutannya cukup mengerikan.

3. Menurunnya Loyalitas Terhadap Perusahaan

Ketika seorang pegawai merasa dibebani tugas di luar jobdesk tanpa kompensasi atau pengakuan yang layak, rasa kecewa dan ketidakpuasan terhadap perusahaan bisa muncul. Dalam jangka panjang, hal ini akan mengikis loyalitas dan rasa memiliki terhadap tempat kerja.

Pegawai bisa mulai merasa bahwa perusahaan tidak menghargai kontribusi mereka secara adil. Akibatnya, mereka menjadi kurang termotivasi, enggan berinisiatif, bahkan mulai mencari peluang kerja di tempat lain yang menawarkan kondisi kerja lebih sehat dan proporsional.

4. Tingginya Turnover Karyawan

Salah satu indikator organisasi yang tidak sehat adalah tingginya tingkat pergantian karyawan atau yang dikenal juga dengan sebutan ‘turnover’. Salah satu penyebab utama turnover adalah beban kerja yang tidak realistis dan tidak sesuai dengan jobdesk awal yang disepakati.

Ketika banyak pegawai merasa bahwa tanggung jawab mereka terus bertambah tanpa batas yang jelas, keputusan untuk mengundurkan diri bisa menjadi pilihan. Ini tentu merugikan perusahaan karena harus terus-menerus merekrut dan melatih karyawan baru, yang tentunya membutuhkan waktu dan biaya tambahan.

5. Terjadinya Konflik Internal dan Disfungsi Tim

Ketika jobdesk tidak didefinisikan dengan jelas atau dibebankan secara berlebihan pada individu tertentu, ketidakseimbangan kerja antar anggota tim bisa terjadi. Misalnya, satu pegawai harus mengurus banyak hal sementara rekan lainnya memiliki tugas lebih ringan.

Kondisi ini dapat menimbulkan rasa iri, ketidakadilan, bahkan konflik interpersonal di lingkungan kerja. Tim kerja yang tidak solid akan sulit untuk mencapai target bersama, dan kerjasama tim menjadi terganggu karena tidak adanya kejelasan peran diantara personil yang ada

Solusi Jangka Panjang untuk Perusahaan

Agar masalah seperti di atas tidak terjadi, sangatlah penting bagi perusahaan, khususnya bagi manajemen dan HRD untuk secara berkala melakukan evaluasi terhadap jobdesk tiap karyawannya. Perubahan lingkungan kerja, teknologi, bahkan struktur organisasi biasanya menjadi awal perlunya penyesuaian jobdesk baru untuk karyawan.

Untuk melakukan penyesuaian tersebut, ada beberapa yang harus perusahaan ambil seperti menyusun ulang deskripsi kerja menyesuaikan kebutuhan dan kapasitas tim, melakukan pembagian kerja diantara semua anggota atau personil tim, menerapkan komunikasi dua arah antara atasan dan pegawai terkait beban kerja yang biasanya harus diinisiasi oleh atasan karena karyawan biasanya memiliki rasa takut untuk menyampaikan masalahnya. Kemudian juga menyediakan insentif atau kompensasi yang sepadan dengan penambahan beban kerja yang diterima karyawan tersebut.