Ketika kamu mulai masuk ke dunia kerja, salah satu hal yang paling sering dibahas adalah gaji. Dan dari sekian banyak istilah soal penghasilan, salah satu yang paling sering muncul adalah Upah Minimum Regional atau UMR. Tapi pertanyaannya sekarang: UMR ini sebenarnya hak pekerja, atau justru alat yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk “membatasi” kewajiban mereka?
Apalagi kalau kamu tinggal di kota besar seperti Bandung. Bicara soal upah minimum regional Bandung, banyak pekerja yang terutama yang baru mulai kerja sering dipusingkan dengan sebuah pertanyaan yang juga biasanya tertahan di dalam diri: “Apa ini benar-benar cukup buat hidup layak?”
Apa Itu Upah Minimum Regional?
Sebelum kita menyelam lebih jauh, yuk kita pahami dulu secara singkat apa yang dimaksud dengan Upah Minimum Regional.
Upah Minimum Regional atau yang mungkin sering terdengar oleh telinga kita dengan singkatan UMR adalah standar gaji minimum yang ditetapkan pemerintah provinsi atau kabupaten/kota. Untuk sekarang-sekarang ini, istilah resminya lebih dikenal sebagai UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) atau UMP (Upah Minimum Provinsi), tapi di lapangan, orang masih sering nyebutnya UMR. Jadi tidak perlu heran dan bingung juga sebetulnya. Karena keduanya masih sama saja hanya dibedakan oleh sebutan wilayah di akhirnya.
Contohnya di Bandung, yang berlaku adalah UMK Bandung. Jadi ketika kita ngomongin upah minimum regional Bandung, yang dimaksud adalah besaran upah minimum yang wajib dibayar perusahaan di wilayah Kota Bandung kepada pekerja yang punya masa kerja di bawah 1 tahun.
Realitanya UMR di Lapangan Apakah Sekadar Formalitas?
Kalau dilihat dari tujuannya, UMR atau UMK ini seharusnya jadi jaminan dasar buat pekerja agar mereka bisa hidup layak. Tapi kenyataannya, masih banyak perusahaan yang menganggap UMR ini sebagai “tarif tetap” alias patokan gaji utama dan bukan minimum.
Jangankan jadi batas bawah, UMR seringkali jadi angka final dari gaji seseorang selama bekerja di suatu perusahaan. Apalagi untuk posisi entry level atau pekerjaan di sektor informal dan ritel. Banyak pekerja di Bandung yang hanya menerima upah minimum regional Bandung, tanpa tambahan tunjangan, lembur yang layak, atau fasilitas lain. Jadi, ya... ini bukan lagi minimum, tapi dianggap sebagai upah “normal”.
Jadi UMR ini Melindungi Pekerja atau Menguntungkan Perusahaan?
Di satu sisi, aturan UMR memang dibikin untuk melindungi pekerja dari eksploitasi perusahaan nakal. Tapi di sisi lain, beberapa perusahaan nakal justru menemukan celah dan menggunakan UMR sebagai shortcut legal untuk menekan biaya tenaga kerja. Mereka merasa sudah memenuhi kewajiban karena membayar sesuai UMR, padahal kebutuhan hidup pekerja semakin tinggi terutama di kota-kota besar seperti Bandung ataupun Jakarta yang biaya hidupnya makin naik tiap tahun.
Misalnya saja, UMK Bandung 2024 ditetapkan sebesar sekitar Rp 4,2 juta. Apakah cukup? Mungkin bagi sebagian orang, iya. Tapi bagi yang sudah punya tanggungan keluarga, cicilan, atau harus kos di tengah kota, jumlah itu terasa jauh dari cukup. Belum lagi kalau berbicara beban kerja yang tidak semua dari yang mendapatkan UMK itu mendapatkan beban kerja yang sama.
Gaji dan Produktivitas Selalu Jadi Dalih Pembenaran
Perusahaan kadang berdalih, “Kalau mau gaji lebih tinggi, ya produktivitas juga harus tinggi.” Di atas kertas sih masuk akal, tapi faktanya banyak pekerja yang kerja lebih dari 8 jam, dengan target tinggi, dan tanggung jawab berat, tapi tetap digaji sesuai upah minimum regional Bandung, bahkan kadang di bawahnya.
Jadi, siapa yang benar? Pekerja yang menuntut gaji lebih karena merasa kerja keras? Atau perusahaan yang merasa sudah patuh hukum karena bayar sesuai UMR?
Solusinya Ada di Tengah
Sebenarnya, UMR bukan masalah utama. Yang jadi masalah adalah bagaimana UMR itu diterapkan. Kalau kamu adalah pekerja, sangat penting untuk kamu mengetahui bahwa UMR adalah hak minimum, bukan standar final. Kamu berhak untuk menegosiasikan upah, apalagi kalau kamu punya skill lebih atau pengalaman.
Sementara bagi perusahaan, sudah saatnya berpikir bahwa investasi ke pekerja adalah bentuk investasi jangka panjang. Gaji yang layak bukan cuma soal patuh aturan, tapi juga tentang menjaga semangat, loyalitas, dan produktivitas tim.
Penutup
Jadi, kita kembali lagi ke pertanyaan awal, “Upah Minimum Regional itu hak pekerja atau hak perusahaan?”
Jawabannya: UMR adalah hak pekerja yang ditentukan oleh negara, tapi seringkali diposisikan seolah-olah itu "batas maksimal" oleh perusahaan bahkan sampai artikel ini ditulis hal tersebut masih berlaku.
Misal kamu adalah seseorang yang akan bekerja di kota Bandung, jangan cuma pasrah dengan upah minimum regional Bandung. Pelajari hak kamu, bicarakan gaji secara terbuka saat interview, dan jangan takut menilai apakah yang kamu dapat sesuai dengan kerja kerasmu nantinya atau tidak.
Karena pada akhirnya, yang bisa benar-benar menghargai kerja keras kamu ya harus dimulai dari kamu sendiri.